Cite This        Tampung        Export Record
Jenis Bahan Monograf
Judul Suara kebangsaan / Hasto Kristiyanto ; desain sampul, Supriyanto
Pengarang Hasto Kristiyanto
Supriyanto (desain sampul)
EDISI Cetakan pertama
Penerbitan Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2022
© Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Deskripsi Fisik xx,379 halaman :ilustrasi berwarna ;23 cm.
Konten teks
Media tanpa perantara
Penyimpan Media volume
ISBN 9786020662381
Subjek Nasionalisme
Abstrak “Pertama bahwa beranilah kita berimajinasi bahwa bangsa Indonesia ini terlahir sebagai bangsa pemimpin di dunia,” kata Hasto saat memberikan testimoni penutup di acara peluncuran dan bedah buku Suara Kebangsaan. Kedua, mengajarkan betapa pentingnya spirit untuk mampu mengatasi berbagai hambatan. Menurut Hasto, para pendiri bangsa tidak memiliki materi dan hanya mempunyai gagasan. Namun, hal itu justru yang membuat Indonesia merdeka dan memiliki daya gebrak meletakkan Indonesia sejajar dengan negara-negara mapan saat itu. “Yang ketiga, esensi kepemimpinan strategis, termasuk pentingnya kepemimpinan intelektual, termasuk disiplin,” jelasnya. Keempat, sambung Hasto, rakyat Indonesia harus melestarikan dan bangga dengan budaya nusantara sendiri. “Kita harus berdiri kokoh pada landasan kebuayaan kita, bukan budaya bangsa Barat, bukan budaya Timur Tengah, bukan budaya Tiongkok, tetapi kebudayaan yang menjadi identitas nasional kita,” tegas Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu. Terakhir, kata politikus asal Yogyakarta itu, buku ini memberitahukan kepada pembaca tentang pentingnya memahami geografis dan rakyat Indonesia. Hasto menilai banyak kaum intelek Indonesia yang terpapar dengan didikan Barat sehingga melupakan konsep bernegara kita. Hal ini pun kerap diingatkan oleh Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Prof (HC) Megawati Soekarnoputri. Hasto dan Ketua Umum Megawati mengingatkan kaum intelek itu bahwa Indonesia bukan negara continental. “Bahwa kita ini negara kepulauan yang sistem transportasi, sistem logistik, sistem pendidikannya berbeda. Itu berbeda dengan negara-negara continental. Nah, itulah moga-moga dengan membaca buku Suara Kebangsaan ini dapat membangun imajinasi tentang masa depan dan tentu saja saya mengucapkan terima kasih karena buku ini saya tulis tepat ketika saya menjadi mahasiswa Unhan. Karena ilmunya memang sangat inspiratif,” jelas Hasto. Hasto melanjutkan bahwa, buku “Suara Kebangsaan” yang disusunnya merupakan buah inspirasi dalam melihat kondisi geopolitik bangsa saat ini. Ia menyebut, bahwa bukunya itu berguna memberikan perspektif pemikiran soal pertahanan bangsa yang merupakan tanggung jawab semua anak bangsa. “Buku Suara Kebangsaan ini mengajarkan kita tentang inspirasi dan mengajarkan kepada kita pentingnya pertahanan sebagai tanggung jawab seluruh warga negara Indonesia tidak terkecuali,” kata Hasto. Buku yang disusun dari 42 artikel merupakan buah pemikirannya dalam melihat peristiwa-persitiwa nasional yang terjadi di Tanah Air. “Termasuk tulisan Sastra Jendra itu adalah ketika muncul suatu upaya membangun opini agar Pemilu ditunda dan kemudian perpanjangan masa jabatan presiden tiga kali,” ucap Hasto “Nah, itulah moga-moga dengan membaca buku Suara Kebangsaan ini dapat membangun imajinasi tentang masa depan dan tentu saja saya mengucapkan terima kasih karena buku ini saya tulis tepat ketika saya menjadi mahasiswa Unhan. Karena ilmunya memang sangat inspiratif,” terang Hasto. Wartawan Senior J. Osdar menilai Hasto menulis dengan sangat baik dalam substansi buku Suara Kebangsaan tersebut. Ada 42 artikel dalam isi buku itu, dengan berbagai topik yang bersifat filsafat hingga yang benar-benar merakyat “Dari 42 artikel di buku ini membahas dari masalah filosofis sampai yang benar-benar merumput, transendens sampai yang down to earth. Menarik lagi di dalam tulisan ini, sampai hal yang dari soal force projection, sampai ke masalah pete jengkol, sayur lodeh, masakan padang, ada di dalam buku ini. Semoga ini menjadi kisah gembira bagi kita,” kata Osdar. Dalam peluncuran dan bedah buku ini, hadir mantan Menteri Pertahanan Prof. Purnomo Yusgiantoro, Rektor Universitas Pertahanan RI Laksamana Madya (TNI) Prof. Dr. Amarulla Octavian, wartawan Pos Kota Azisoko Harmoko, moderator Gloria Oyong, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri, dan benerapa ,anggota DPR Fraksi PDIP

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
00005884372 KC/371.3 HAS s Diolah Perpustakaan Jakarta - Kuningan - Kuningan Validasi (KCKR) Diolah
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000837216
005 20221108035750
007 ta
020 # # $a 9786020662381
035 # # $a 0010-1122000108
040 # # $a JKPDJAK$b ind
041 0 # $a ind
082 1 4 $a 371.3$2 [23]
084 # # $a KC/371.3 HAS s
100 0 # $a Hasto Kristiyanto
245 0 0 $a Suara kebangsaan /$c Hasto Kristiyanto ; desain sampul, Supriyanto
250 # # $a Cetakan pertama
264 # # $a Jakarta :$b Gramedia Pustaka Utama,$c 2022
264 # 4 $a © Penerbit Gramedia Pustaka Utama
300 # # $a xx,379 halaman : $b ilustrasi berwarna ; $c 23 cm.
336 # # $a teks$2 rdacontent
337 # # $a tanpa perantara$2 rdamedia
338 # # $a volume$2 rdacarrier
520 # # $a “Pertama bahwa beranilah kita berimajinasi bahwa bangsa Indonesia ini terlahir sebagai bangsa pemimpin di dunia,” kata Hasto saat memberikan testimoni penutup di acara peluncuran dan bedah buku Suara Kebangsaan. Kedua, mengajarkan betapa pentingnya spirit untuk mampu mengatasi berbagai hambatan. Menurut Hasto, para pendiri bangsa tidak memiliki materi dan hanya mempunyai gagasan. Namun, hal itu justru yang membuat Indonesia merdeka dan memiliki daya gebrak meletakkan Indonesia sejajar dengan negara-negara mapan saat itu. “Yang ketiga, esensi kepemimpinan strategis, termasuk pentingnya kepemimpinan intelektual, termasuk disiplin,” jelasnya. Keempat, sambung Hasto, rakyat Indonesia harus melestarikan dan bangga dengan budaya nusantara sendiri. “Kita harus berdiri kokoh pada landasan kebuayaan kita, bukan budaya bangsa Barat, bukan budaya Timur Tengah, bukan budaya Tiongkok, tetapi kebudayaan yang menjadi identitas nasional kita,” tegas Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu. Terakhir, kata politikus asal Yogyakarta itu, buku ini memberitahukan kepada pembaca tentang pentingnya memahami geografis dan rakyat Indonesia. Hasto menilai banyak kaum intelek Indonesia yang terpapar dengan didikan Barat sehingga melupakan konsep bernegara kita. Hal ini pun kerap diingatkan oleh Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan Prof (HC) Megawati Soekarnoputri. Hasto dan Ketua Umum Megawati mengingatkan kaum intelek itu bahwa Indonesia bukan negara continental. “Bahwa kita ini negara kepulauan yang sistem transportasi, sistem logistik, sistem pendidikannya berbeda. Itu berbeda dengan negara-negara continental. Nah, itulah moga-moga dengan membaca buku Suara Kebangsaan ini dapat membangun imajinasi tentang masa depan dan tentu saja saya mengucapkan terima kasih karena buku ini saya tulis tepat ketika saya menjadi mahasiswa Unhan. Karena ilmunya memang sangat inspiratif,” jelas Hasto. Hasto melanjutkan bahwa, buku “Suara Kebangsaan” yang disusunnya merupakan buah inspirasi dalam melihat kondisi geopolitik bangsa saat ini. Ia menyebut, bahwa bukunya itu berguna memberikan perspektif pemikiran soal pertahanan bangsa yang merupakan tanggung jawab semua anak bangsa. “Buku Suara Kebangsaan ini mengajarkan kita tentang inspirasi dan mengajarkan kepada kita pentingnya pertahanan sebagai tanggung jawab seluruh warga negara Indonesia tidak terkecuali,” kata Hasto. Buku yang disusun dari 42 artikel merupakan buah pemikirannya dalam melihat peristiwa-persitiwa nasional yang terjadi di Tanah Air. “Termasuk tulisan Sastra Jendra itu adalah ketika muncul suatu upaya membangun opini agar Pemilu ditunda dan kemudian perpanjangan masa jabatan presiden tiga kali,” ucap Hasto “Nah, itulah moga-moga dengan membaca buku Suara Kebangsaan ini dapat membangun imajinasi tentang masa depan dan tentu saja saya mengucapkan terima kasih karena buku ini saya tulis tepat ketika saya menjadi mahasiswa Unhan. Karena ilmunya memang sangat inspiratif,” terang Hasto. Wartawan Senior J. Osdar menilai Hasto menulis dengan sangat baik dalam substansi buku Suara Kebangsaan tersebut. Ada 42 artikel dalam isi buku itu, dengan berbagai topik yang bersifat filsafat hingga yang benar-benar merakyat “Dari 42 artikel di buku ini membahas dari masalah filosofis sampai yang benar-benar merumput, transendens sampai yang down to earth. Menarik lagi di dalam tulisan ini, sampai hal yang dari soal force projection, sampai ke masalah pete jengkol, sayur lodeh, masakan padang, ada di dalam buku ini. Semoga ini menjadi kisah gembira bagi kita,” kata Osdar. Dalam peluncuran dan bedah buku ini, hadir mantan Menteri Pertahanan Prof. Purnomo Yusgiantoro, Rektor Universitas Pertahanan RI Laksamana Madya (TNI) Prof. Dr. Amarulla Octavian, wartawan Pos Kota Azisoko Harmoko, moderator Gloria Oyong, Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri, dan benerapa ,anggota DPR Fraksi PDIP
521 # # $a Dewasa
650 # # $a Nasionalisme
700 0 # $a Supriyanto$e desain sampul
850 # # $a JKPDJAK
990 # # $a D014931/22
Content Unduh katalog